Senin, 28 April 2014

PENTINGNYA BEROLAHRAGA SETIAP HARI

Kesibukan dan rasa malas sering dijadikan alasan penduduk dewasa Indonesia untuk tidak aktif berolahraga, prosentase yang aktif berolahraga sangat kecil sekali. 

Kegiatan-kegiatan olahraga yang dilaksanakan dalam event tertentu, seperti maraton, sepeda, jalan santai dan sebagainya hanya ramai waktu acara itu dilaksanakan. Setelah itu, sepeda, sepatu, dan aseoris olahraga lainnya lebih banyak digantung.

Di negara maju saja, seperti Amerika, 60 persen penduduk dewasanya tidak melakukan olahraga secara teratur, 55 juta bahkan tidak berolahraga sama sama sekali. Sementara selama 4 jam rata-rata mereka duduk di depan televisi.

Nah, kita tahu bahwa olahraga sangat baik untuk kesehatan. Kita tahu olahraga membuat jantung lebih bugar, otot dan tulang makin kuat dan tekanan darah turun. Olahraga juga mencegah diabetes, cacat di hari tua, tidur lebih nyenyak, dan dapat memperbaiki, memelihara otak dan  mood. Dan kita tahu lebih banyak lagi manfaat yang  dapat dipetik dari kegiatan olahraga. Tetapi, mengapa kita tetap memilih untuk tidak melakukannya?

Banyak alasan yang diberikan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mulai dari malas, capek, bosan, tidak punya peralatan, tidak ada waktu, dan sebagainya. Tetapi. yang paling penting, menurut Jeffrey R dan Betty L dalam buku Age Smart, mengapa kita tidak mengerjakannya adalah bahwa kita menganggap olahraga itu hanya sebagai pilihan, yang boleh saja kita lakukan atau tidak.

Kita beranggapan bahwa olahraga adalah sesuatu di luar kegiatan rutin. 

Olahraga ditempatkan di luar jurnal keseharian. Akibatnya, mau olahraga atau tidak, kita secara tak sadar beranggapan bahwa itu tidak masalah, tidak ada akibat  buruknya.
 
Karena anggapan itu sudah terbenam dalam otak, maka otak pun merasa sudah menjadi nyaman untuk tetap larut dalam kebiasaan seperti itu.  Dan, sayang,  sebagian besar  kita baru sadar untuk melakukan aktivitas olahraga bila sudah sangat terlambat. Biasanya ketika penyakit atau cacat sudah mendera kita, ketika olahraga itu sendiri sudah menjadi beban bagi tubuh kita.

Oleh karena itu, anggapan bahwa olahraga itu sebagai pilihan harus dibuang. Sebaliknya jadikanlah olahraga itu sebagai bagian tak terpisahkan dari jurnal kegiatan sehari-hari.  Cattie Blacks, pebisnis dunia dan presiden Hearst Magazine, adalah sosok yang memperoleh manfaat besar dari olahraga. Pada saat ia berusia 60 tahun, kebanyakan orang mengira masih pantas untuk 40 tahun. Saat ditanya, mengapa bisa demikian? Ia menjawab “karena kebiasaan olahraga dilakukan secara teratur setiap hari”.

 
Mengapa ia masih punya waktu untuk berolahraga di tengah-tengah kesibukannya? Cattie rupanya mengubah pikirannya tentang olahraga. Ia menghargai olahraga seperti janji-janji dan pertemuan yang harus dipenuhi. Sama seperti pertemuan yang ia jadwalkan, olahraga juga tercantum dalam buku hariannya.  Bahkan, kalau waktu itu adalah jadwal olahraganya, kemudian ada undangan pertemuan, Ia akan memprioritaskan olahraga dibandingkan pertemuan itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, saya pun melakukan hal yang sama. Olahraga secara teratur setiap hari paling tidak 30-40 menit. Di ruangan terbatas saya bisa jogging, berlari, olahraga peregangan dan sebagainya. Boleh dikatakan, tiada hari tanpa olahraga.  Ini baru bisa saya jalani pada saat saya beranggapan bahwa olahraga itu bukan suatu pilihan, tetapi suatu keharusan dalam keseharian.

Seperti diketahui, lamanya olahraga yang dianjurkan sesuai peneltian adalah minimal antara 30-40 menit, lima kali dalam seminggu. Jadi, ada hari tanpa kita harus olahraga. Dari waktu 30 menit olahraga, sebenarnya bisa juga dibagi menjadi interval 10-15 menit, dua-tiga kali dilakukan dalam sehari, cukup hanya tiga kali dalam seminggu.
 
Olahraga dengan frekuensi seperti ini memang masih memberikan manfaat yang sama. Tetapi ada sisi negatif  saya lihat, memilah-milah lamanya olahraga seperti ini membuat kita sangat sulit mempertahankan kontinuitasnya. Jadi, kalau kita misalnya sudah berolahraga 10-15 menit, kita berhenti, kemudian mau melanjutkannya lagi di hari yang sama, itu tidak mudah. Begitu juga bila dalam satu minggu ada hari tanpa olahraga. Contohnya 2-3 hari tidak olahraga, biasanya hari tanpa olahrga itu akan berlanjut terus. Karena itu, tetaplah berolahraga 30-40 menit dan tujuh hari dalam seminggu.

Olahraga itu memang susah, tidak hanya memulainya, apalagi mempertahankannya. Namun, dengan mengubah persepsi dan pikiran kita bahwa olahraga itu bukanlah pilihan yang dapat kita kerjakan atau tidak - tidak bisa sekarang, besok atau lain waktu juga boleh  - tetapi sebaliknya kita hargai sebagai kegiatan penting dalam kehidupan, seperti halnya sarapan pagi, maka Insya Allah olahraga itu akan menjadi kebutuhan. Jadikanlah olahraga sebagai bagian tidak terpisahkan dalam kegiatan seharian, agendakan olahrga itu dalam buku jurnal harian Anda.


Menurut para ahli kurang olahraga bisa dikategorikan sebagai suatu penyakit. Mau tahu apa saja bahaya kurang berolahraga?

Badan Kesehatan Dunia  (WHO) menyebutkan sekitar dua juta orang di seluruh dunia meninggal karena penyakit akibat gaya hidup malas dan kurang berolahraga. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh University of Hong Kong menyebutkan,  dampak jangka panjang dari tidak pernah berolahraga sama berbahayanya dengan merokok. Penelitian yang dilakukan tahun 2004 itu menyebutkan sekitar 20 persen penyebab kematian orang dewasa berusia 35 tahun ke atas adalah karena kurang olahraga.

Mengapa Olahraga itu Penting?

Tubuh manusia dibuat untuk banyak bergerak. Olahraga membuat otot dan rangka tubuh bergerak, denyut jantung meningkat sehingga darah beserta oksigen dan nutrisi  bisa disalurkan dengan baik ke seluruh tubuh. Jarang berolahraga membuat distribusi oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Dampaknya, otot tubuh akan kekurangan oksigen sehingga membuat badan terasa pegal-gegal dan kaku. Kekurangan oksigen juga membuat kerja otak tidak maksimal sehingga mudah pusing dan susah konsentrasi.
Berikut beberapa risiko lain jika kurang berolahraga:


 KURANG BEROLAHRAGA MERUSAK KESEHATAN MENTAL

 1. Depresi dan cemas
Olahraga melepaskan endorfin yang secara umum bisa memberikan rasa tenang dan kepuasan hati. Mereka yang jarang merasakan serbuan endorfin cenderung mudah cemas dan depresi. Bahkan untuk mereka yang dinyatakan tidak depresi.

Olahraga juga akan mengalihkan fokus kita dari kesibukan harian dan berbagai kecemasan lainnya sehingga rasa stres sedikit berkurang. Rajin berlatih olahraga juga bisa menjadi mekanisme doping dibanding merokok atau makan berlebihan.

 
2. Citra tubuh
Rajin berolahraga adalah jalan menuju diraihnya berat badan ideal dan pembentukan otot. Namun, meski kita belum berhasil langsing, olahraga akan meningkatkan citra tubuh. Hal ini mungkin karena mereka yang sering berolahraga lebih menilai fungsi tubuh berdasarkan fungsi ketimbang penampilan belaka. Citra tubuh juga terkait erat dengan kepercayaan diri sehingga mereka yang giat olahraga umumnya lebih pede.

 
3. Merasa terisolasi
Ingin memperluas pergaulan? Bergabunglah dengan komunitas penggiat olahraga, seperti klub sepeda atau lari yang kini sedang populer. Atau, rajin-rajinlah datang ke pusat kebugaran atau kelas yoga. Bertemu dengan banyak teman bukan cuma meningkatkan motivasi, melainkan juga membuat perasaan Anda tidak terisolasi.

 
4. Sulit mengingat
Baru-baru ini para ahli menyimpulkan bahwa olahraga bisa membuat kita lebih pintar. Ini karena olahraga akan merangsang perkembangan otak dan memperkuat sambungan sel-sel otak. Orang dewasa yang malas berolahraga biasanya lebih sulit berkonsentrasi dan lebih lambat dalam memecahkan masalah.


5. Mudah lelah
Dalam dunia yang bergerak semakin cepat, kelelahan bisa menjadi penghambat. Orang yang malas berolahraga sering kali merasa kehabisan energi dan lebih sulit tidur. Olahraga teratur akan membantu kita terlelap lebih cepat, lebih nyenyak, dan tentu saja lebih berenergi keesokan harinya.

Kurang Olahraga Berisiko Kena Diabetes Melitus Tipe 2



Diabetes Tipe 2: Dua faktor risiko yang bisa mengembangkan diabetes adalah   kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik. Komplikasi diabetes antara lain penyakit ginjal, jantung, masalah mata, dan kerusakan saraf.


Diabetes melitus (DM) adalah salah satu dari sekian banyak penyakit metabolik yang makin banyak kejadiannya akibat gaya hidup yang kurang sehat. Umur, gaya hidup, kegemukan, etnik, dan negara asal, merupakan berbagai faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit ini. Prevalensi diabetes mencapai puncaknya pada golongan umur 60-79 tahun.

Menurut dokter bagian penyakit dalam Fakultas Kedokteran (FK) UGM, dr. Probosuseno, Sp.P.D., K.Ger., faktor yang berpengaruh untuk terjadinya DM adalah faktor keturunan, kurang olahraga, kegemukan, nutrisi berlebih, konsumsi obat-obatan dan hormon.

''DM, kebanyakan karena gaya hidup yang tidak benar. Namun, dengan kemajuan di bidang kedokteran dan farmasi banyak berperan memperpanjang harapan hidup manusia, termasuk di Indonesia,'' kata Probobuseno dalam seminar kesehatan 'Strategi Hidup Sehat bagi Penderita Diabetes Melitus' yang diselenggarakan oleh GMC Health Centre di Gedung University Club (UC) UGM, Sabtu (15/8).

Ia menyebutkan jumlah penderita penyakit DM selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada 1997, terdapat 124 juta orang menderita diabetes melitus atau sekitar 2,1 % dari jumlah penduduk dunia. Pada tahun 2010, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat atau kurang lebih 221 juta orang. Dikatakan oleh spesialis geriatri ini, meningkatnya jumlah penderita ini disebabkan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut akibat semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sementara itu, staf pengajar Klinik Terapi Fisik, FIK-UNY, Dr. dr. B.M. Wara Kushartanti, M.S., mengatakan olahraga merupakan salah satu pilar utama pengelolaan DM bersamaan dengan diet, obat, dan edukasi. Menurutnya, berolahraga akan membantu memperbaiki metabolisme glukosa dan lemak karena sel lebih sensitif terhadap insulin, di samping menurunkan dosis obat suntikan insulin. ''Olahraga menunda kemunculan DM, membantu pengelolaan DM, dan mengurangi komplikasi DM,'' ujarnya.

Untuk menunda munculnya DM, dianjurkan melakukan olahraga selama satu jam setiap hari. Khusus bagi penderita DM, dilakukan latihan senam, berupa pemanasan 10 menit, inti 20 menit, dan pendinginan 10 menit, dengan frekuensi latihan 3-5 kali per minggu. 

KURANG BEROLAHRAGA MENJADI PENYEBAB HIPERTENSI 

 Olahraga teratur membantu membuat jantung lebih kuat sehingga mampu memompa darah lebih efisien ke seluruh tubuh. Ketika jantung tidak dibiasakan bekerja keras memompa darah maka kekuatan arteri dan tekanan darah lebih rendah.  Penyakit lainnya yang bisa timbul adalah stroke dan ginjal.

KURANG BEROLAHRAGA MEMICU SAKIT JANTUNG 

 Olahraga membantu menurunkan kadar kolesterol LDL atau kolesterol jahat dan  meningkatkan kadar kolesterol HDL atau kolesterol baik, yang membantu melindungi Anda dari penyakit jantung. Kadar LDR yang tinggi juga berisiko terhadap berbagai penyakit kardiovaskuler.

KURANG OLAHRAGA MENYEBABKAN OSTEOPOROSIS

 Kurang  olahraga bisa  membuat  tulang menjadi semakin lemah yang berdampak pada osteoporosis. Penyakit ini menyebabkan tulang mudah patah.

KURANG OLAHRAGA BISA MENGAKIBATKAN KANKER PAYUDARA


Studi dari University of Southern California, Los Angeles menunjukan bahwa olahraga bisa mencegah kanker payudara pada wanita. Olahraga   membantu mengurangi berat  badan, membantu proses perubahan metabolisme dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, yang berguna untuk mengurangi risiko tumbuhnya sel kanker.

KURANG OLAHRAGA MENJADIKAN OBESITAS


Menurut WHO, kurang olahraga memiliki risiko dua kali terkena obesitas. Penyakit yang berhubungan dengan obesitas diantaranya penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan gangguan tidur.

 

Manfaat Olahraga Untuk Meningkatkan Vitalitas

 Banyak cara meningkatkan vitalitas diataranya dengan olah raga peningkat vitalitas bagi pria ini, cobalah olah raga peningkat vitalitas bagi pria ini untuk meningkatkan kualitas hubungan anda. Berhubungan seks, seperti sudah banyak dibahas, juga bagian dari olahraga. Namun bukan berarti cukup dengan seks saja, tubuh menjadi sehat. Melakukan olahraga lainnya juga bisa membuat tubuh sehat dan kehidupan seks lebih baik. Seperti dilansir Times of India, ada beberapa olahraga yang membuat Anda lebih piawai saat di ranjang. Ini dia:



Push-ups
Push-ups dapat menguatkan lengan, bahu dan otot perut. Dengan olahraga ini, Anda bisa mendapatkan otot perut yang kencang sehingga penampilan lebih menarik. Tak hanya itu, dengan otot perut yang kencang, untuk pria khususnya, sangat berguna saat melakukan posisi bercinta man on top.

Squats
Saat melakukan squats, banyak otot yang bekerja menghasilkan sejumlah hormon dan pada akhirnya bisa meningkatkan gairah seks. Olahraga ini juga menguatkan otot bokong dan kaki bagian atas sehingga bisa menambah performa saat bercinta.

Bench Press
Melakukan bench press membantu menguatkan otot dada dan lengan. Banyak wanita yang mengagumi pria berdada bidang. Dengan otot dada yang kuat, pria juga tidak mudah lelah saat bercinta dengan pasangannya. Sedangkan untuk wanita, bench press akan membuat payudara terlihat lebih kencang dan berisi. Hal ini tentu akan membuat si dia semakin tertarik pada Anda.

Kardio
Semua jenis olahraga kardio mulai dari berenang, berlari ataupun aerobik dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh. Dengan memiliki sirkulasi darah yang baik bisa membantu proses timbulnya gairah seks. Olahraga kardio juga membantu Anda melepaskan hormon endorphins di otak, hormon yang membuat rasa bahagia.

Kegel
Kegel merupakan salah satu olahraga yang penting untuk pria dan wanita. Dengan berlatih kegel, Anda bisa merasakan perubahan berarti saat bercinta. Pada pria, dengan berlatih kegel secara reguler membantu mengontrol otot yang biasanya berkontraksi saat ejakulasi. Dengan bisa mengontrol itu, para pria pun bisa membuat ejakulasi lebih lama.
Olahraga secara teratur memiliki banyak manfaat, diantaranya: Mengurangi risiko berbagai penyakit, membuat tidur lebih nyenyak, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kemampuan otak, menunda proses penuaan, menutrisi kulit, meningkatkan kecerdasan pada anak, dan membantu tumbuh kembang anak.

Olahraga yang Benar

Menurut dr. Michael Triangto, SpKo, dokter spesialis olahraga dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran,  olahraga tak ubahnya seperti pakaian. “Olahraga sifatnya tailor-made, disesuaikan per orang dan tujuannya. Apakah tujuannya berolahraga sebagai karier seperti atlet atau sekadar menjaga kebugaran?” ujar Michael.
Ada tiga cara mudah untuk mengetahui apakah olahraga yang dilakukan cocok atau tidak. Pertama, cek denyut nadi  setiap pagi ketika bangun tidur. Denyut nadi normal adalah 60 kali per menit. Jika setelah melakukan olahraga, Anda menemukan jumlah denyut pagi hari bertambah, berarti ada yang salah dengan jenis atau intensitas olahraga yang dilakukan.
Kedua, apa yang Anda rasakan ketika bangun pagi? Jika badan sakit dan malah jadi malas beraktivitas, berarti ada yang salah.
Ketiga, lakukan pemeriksaan tekanan darah dan suhu tubuh dengan rutin. Lalu, bandingkan hasilnya sebelum dan sesudah berolahraga. Jika hasilnya berbeda, berarti ada yang salah dalam berolahraga.
SALAM OLAHRAGA

 ARTIKEL TERKAIT :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar