Senin, 28 April 2014

PERSELINGKUHAN DI KANTOR



Janganlah mudah membeberkan persoalan rumah rangga pada teman sekantor yang berlainan jenis. Bukannya masalah terselesaikan, justru perselingkuhaan bisa terjadi. Kalau sudah begitu,hanya menunggu saja kapan meledaknya bom waktu yang telah diciptakan.
 
Masih ingat skandal yang melibatkan Bill Clinton dan Monica Lewinsky? Ya, itulah skandal perselingkuhan yang mengguncang dunia karena melibatkan orang nomor satu di negara adidaya, Amerika Serikat pada waktu itu. Perselingkuhan tersebut tidak hanya melukai hati rakyat Amerika, tetapi terutama mencoreng aib pada figur keluarga harmonis Amerika - yang ingin ditunjukkan oleh pasangan Bill dan Hillary Rodham Clinton dalam kampanyenya.


Terbongkarnya skandal antara penguasa AS dengan pegawai magang di Gedung Putih itu membuat Clinton harus menghadapi impeachment parlemen. Jabatan presiden pun nyaris ditanggalkannya. Bahkan, yang paling menyesakkan dada, hubungannya dengan istri tercintanya, Hillary, menjadi hambar, meskipun hal ini berusaha mereka tutupi.

Skandal Bill Clinton - Monica Lewisnky hanyalah satu contoh perselingkuhan yang terjadi di muka bumi ini. Masih ada puluhan, ribuan, bahkan jutaan skandal lain yang melibatkan cucu Adam dan Hawa.


Ancaman kehilangan jabatan dan keretakan rumah tangga, seperti yang dihadapi Clinton, menjadi dua dari sekian banyak pil pahit perselingkuhan yang mesti ditelan. Namun, tak sedikit pula yang mengaku perselingkuhan justru menjadi pendongkrak kasih sayang terhadap keluarga. Benarkah?


Hati-hati curhat!

Di era serba terbuka seperti sekarang, perselingkuhan, termasuk dengan rekan sekantor, seperti menjadi hal biasa. Di Singapura, yang masyarakatnya cenderung workaholic misalnya, selingkuh dengan teman sekerja menjadi cara untuk menyalurkan kebutuhan sosialisasi dengan lawan jenis.


"Panjangnya jam kerja, ditambah jauhnya jarak rumah - kantor, membuat kesempatan untuk berselingkuh dengan rekan kerja semakin terbuka," jelas Dra. Pamugari Widyawati, ketua Jurusan pada Fakultas Psikologi Universitas Paramadina, Jakarta.

Selingkuh, menurut Pamugari, adalah menjalin hubungan intim dari segi fisik dan emosional dengan pihak lain. Semua itu dilakukan di luar perjanjian hukum dan komitmen bersama, serta tanpa diketahui oleh pasangaan sahnya.


Perselingkuhan bisa berawal dari usaha mencurahkan isi hati (curhat) pada teman dekat dalam menghadapi persoalan yang dihadapi. Apa yang dialami Dini (bukan nama sebenarnya), karyawati perusahaan media ternama di Jakarta yang berselingkuh sekaligus dengan dua teman sekantornya, mungkin bisa jadi contoh. 


Ketika sedang kalut karena akan bercerai dengan suaminya yang berselingkuh, Dini mulai curhat dengan rekan sekantornya. "Curhat itu ternyata berkembang menjadi 'curhat' lainnya, 'mencuri hati'," katanya sambil tertawa. Meskipun perceraian dengan suami urung terjadi, perselingkuhan tak terhindarkan lagi. "la menjadi bagian dari kehidupan saya setiap hari, apalagi kami sekantor," lanjutnya.


Curhat memang akan menimbulkan keterlibatan emosional, yang diawali dari perhatian. Kedua insan saling menyamakan visi, dan menganggap mereka bisa saling melengkapi dan dimengerti.

Ini jelas jadi lampu merah bagi hubungan yang sehat dengan pasangan sah. Apalagi jika pasangan itu sedang mengalami hambatan komunikasi karena kesenjangan wawasan. Kalau ditelaah lebih jauh, pada dasarnya pria menyukai variasi, persaingan, dan petualangan. Tidak heran bila ia rentan untuk berselingkuh.


"Sejak kecil seorang pria didorong untuk menang bersaing, sedangkan wanita dibesarkan untuk bisa menjadi orang yang mertgemong dan mengasuh lingkungan," jelas Pamugari, yang mantan dosen Jurusan Psikologi Klinis, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, ini. Lain dengan yang terjadi pada wanita. Perkembangan informasi dari media massa tentang emansipasi wanita dan feminisme, ditanggapi wanita secara berlebihan. Akibatnya, ia pun menghalalkan segala cara untuk memuaskan ambisi dan mencapai tujuan. Salah satu "alaf'nya, perselingkuhan.

"Itu dapat disebut si wanita terimbas gender maskulin," kata Pamugari. Wanita yang seharusnya menjadi pihak yang memelihara hubungan kerja sama, ternyata terimbas ikut bersaing dengan cara tidak sehat agar tujuannya tercapai. Maka, perselingkuhan pun semakin mudah terjadi.


Selain untuk memuaskan ambisi atau mencapai tujuan yang dikehendaki, perselingkuhan juga dijadikan jembatan untuk mendapatkan variasi hubungan seksual. "Saya berselingkuh dengan teman-teman di kantor sebagai variasi hubungan seksual," aku Danton (nama samaran), wartawan yang mengaku berselingkuh dengan beberapa teman wanita sekantornya.


Ada pula yang berselingkuh semata-mata dengan tujuan mendapatkan kepuasan materi. Jalinan perselingkuhan antara Johnie (lagi-lagi nama rekaan) dengan ibu muda pengusaha adalah salah satu contohnya. Ketertarikan pengusaha itu kepada figur Johnie, yang mirip ayahnya, bisa dimanfaatkan untuk membiayai gaya hidup Johnie yang mentereng, lengkap dengan kencan tingkat tinggi di hotel berbintang.


Just for fun adalah tujuan lain perselingkuhan. Setidaknya itulah yang diucapkan Dini, yang sudah hampir empat tahun berselingkuh. "Senang saja sih, setidaknya saya memiliki lebih dari satu orang yang mencintai dan menginginkan saya," ungkapnya.

Jadi, dengan perselingkuhan sebenarnya banyak hal yang bisa dicapai. Eh, tunggu dulu. "Apa pun yang mereka dapatkan dari perselingkuhan hanya bersifat semu, dan alasan yang dibuat-buat," ungkap Pamugari.


Memang, pelaku merasakan sesuatu yang berbeda saat berselingkuh. Sebagian besar pasangan yang berselingkuh dengan rekan kerja, menikmati rasa "seru" akibat adegan "kuncing-kucingan". Rasanya seperti sedang pacaran lagi," kata Pamela (bukan nama sebenarnya), wanita jelita yang berselingkuh dengan senior manager perusahaan multinasional di Jakarta, la menikmati rasa kangen ketika berpisah. Atau, rasa deg-degan ketika mendengar deringan telepon saat bersama suami.

"Ada rasa takut ketahuan. Tapi, itulah tantangannya," tambah Dini.


Firasat pasangan

Bagi pelakunya, berselingkuh bisa jadi menyenangkan, membangkitkan semangat, dan menantang. Namun, semua itu bukan tanpa risiko. Kalau perselingkuhan itu ketahuan, bukan tak mungkin keutuhan rumah tangga akan terkoyak. Atau jabatan di tempat kerjanya bakal dicopot, seperti yang nyaris dialami Bill Clinton.

Untuk mengetahui pasangan berselingkuh memang tidak harus lewat melihat dengan mata kepala sendiri. Seseorang sering kali bisa mengetahui pasangannya berselingkuh, meski tak selalu diungkapkan, hanya berdasarkan firasat. Pasalnya, di antara suami-istri biasanya telah terbangun kedekatan emosi. 


Perasaan "curiga" bisa timbul, misalnya, ketika pihak yang berselingkuh tanpa sadar memberi perhatian berlebihan, yang tidak biasa, pada pasangannya. Ini untuk menutupi rasa bersalahnya pada pasangan. "Rasa bersalah kadang muncul ketika sedang berkumpul bersama keluarga. Entah karena rasa bersalah itu, saya jadi lebih memperhatikan suami dan dua anak saya," ungkap Dini.

Itu setali tiga uang dengan pria peselingkuh. Selain lebih perhatian pada pasangan, ia juga lebih memperhatikan penampilannya. Lebih merawat diri dan menghabiskan waktu lebih lama untuk berdandan. Persislah dengan orang sedang jatuh cinta!

Dalam banyak hal, cinta pada pasangan dan keterikatan pada keluarga membuat pria umumnya tak terlalu berminat membina hubungan serius dengan pasangan selingkuhnya. Sebaliknya, wanita yang punya "hubungan" di luar rumah tangga, banyak yang sulit melepaskan diri dari pasangan selingkuhnya. Pasalnya, kebanyakan wanita melibatkan emosinya di sana.


Lalu bagaimana caranya menghindari jerat perselingkuhan? "Ketika sudah menikah, dua orang yang saling mencintai sebaiknya berusaha untuk mengimbangi wawasan dan cara berkomunikasi. Termasuk dengan lingkungannya yang terus berubah," kata Pamugari.

Pasangan yang tinggal di rumah terkadang lupa ikut mengembangkan diri, sebagaimana pasangannya yang bekerja. Akibatnya, terjadilah kesenjangan antara keduanya. "Setiap pasangan harus terus mengembangkan diri untuk menunjukkan penghargaan pada diri sendiri," pesan Pamugari.


Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan merupakan keharusan setelah seseorang menjalin komitmen seumur hidup dengan orang lain. "Jadi, ketika pasangan sedang down, sebaiknya kita yang menjadi pemompa semangat. Kita pula yang ikut dibanggakan, ketika pasangan kita meraih prestasi."


Ketika menghadapi masalah, sebaiknya dipecahkan bersama. Selalu ingat pada komitmen berdua dan keluarga akan mengikat setiap pasangan untuk menyelesaikan masalah bersama di rumah. Atau, dengan bantuan profesional. Bukan dengan orang yang bukan ahlinya di luar rumah, termasuk teman kerja. Secara matematis, keuntungan melibatkan orang luar dalam menyelesaikan persoalan internal rumah tangga bisa jadi hanya sedikit, tetapi kerugiannya bisa lebih banyak.


Kalaupun perselingkuhaan tetap terjadi, penyelesaian dengan kepala dingin sebaiknya tetap dikedepankan. Perbuatan ini memang menimbulkan sakit hati pada pihak yang dikhianati. Namun, ia tetap harus bisa mempertahankan harga diri dan mampu mengendalikan diri. Amarah berlebihan justru bisa membuatnya kehilangan "nilai" terhadap saingannya.


"Memang sulit untuk menerima kembali pasangan yang telah berselingkuh," kata Pamugari. Meski tampaknya kaum pria lebih mudah menerima kembali istrinya dibandingkan dengan wanita untuk menerima suaminya - yang berselingkuh.

"Begitu mengetahui pasangannya berselingkuh, dalam pikiran seorang wanita akan selalu muncul bayang-bayang suaminya tengah bermesraan dengan wanita lain. Akibatnya, ia jadi sulit mesra, dingin pada suaminya," ungkap Pamugari.


Mengungkit-ungkit masalah, apalagi jika pasangan sudah menyesali perbuatannya, juga akan menambah runyam persoalan. Bahkan, tindakan itu bisa membuat pasangan kembali terjerumus untuk memenuhi dakwaan pasangannya (self fulfilling prophecy).

"Jadi, selain memaafkan, pasangan hidup sebaiknya kembali membangun komunikasi, rasa menghargai, rasa saling percaya, dan toleransi dengan pasangan," jelas Pamugari.
Selingkuh memang menantang. Namun, kalau mau objektif menilai, upaya untuk tetap setia dan cinta pada pasangan sah, ternyata jauh lebih menantang! 
PENYEBAB PERSELINGKUHAN

Penyebab Perselingkuhan di Kantor
  1. Seringnya pertemuan. Bila dihitung persentase jam selama sehari, kantor adalah salah satu tempat terbanyak kita menghabiskan waktu setiap hari. Sebagai karyawan, Anda akan bekerja selama kurang lebih 8 jam sehari. Pertemuan ini berlangsung 5 atau 6 hari selama seminggu, maka secara persentase jumlah waktu yang dihabiskan dengan teman kantor lebih banyak dibandingkan dengan suami atau istri.
  2. Tempat pelarian dari masalah keluarga. Hidup berumah tangga tentu tidak bebas dari masalah. Saat terjadi masalah, mungkin ada yang mencari jalan keluar dengan cara curhat dengan teman kantor. Bila curhat ini Anda lakukan dengan rekan kerja yang berlawanan jenis, bisa saja Anda merasakan kenyamanan semu dan mengganggapnya lebih menyenangkan dibandingkan dengan pasangan hidup. Jika proses ini terus berlangsung akan menghasilkan sikap romantis kepada rekan kerja yang pada akhirnya bisa menjadi pemicu perselingkuhan.
  3. Penampilan terbaik adalah selama berada di kantor. Kebanyakan dari kita bekerja dimulai dari pagi hari. Waktu ini adalah saat kita masih merasa segar baik secara fisik maupun emosi. Wajah terlihat segar yang akan menambah kecantikan. Belum lagi tambahan make up dan parfum yang membuat kita semakin sempurna. Sedangkan waktu yang kita habiskan bersama pasangan adalah saat kita telah kehabisan energi, saat itu kita mungkin lelah sehingga penampilan tidak menarik.
  4.  Nilai moral yang turun. Dahulu, perceraian dianggap sebagai tidakan yang tidak baik. Tetapi kini hal itu dianggap wajar. Salah satu penyebabnya adalah nilai moral yang rendah yang mungkin kita dapat dari berbagai media hiburan seperti di televisi, lagu, atau Internet yang menyampaikan kesan bahwa perselingkuhan dan perceraian adalah sesuatu yang wajar.

Ada lima alasan lain menurut psikolog Ratih Ibrahim yang menyebabkan terjadinya perselingkuhan dan ini dikelompokkan menurut apa yang berhasil ditemukan dari berjuta-juta alasan yang dikemukakan oleh para klien melalui proses-proses konseling yang panjang jadi bukan hanya semata alasan yang keluar dari mulut si klien, namun masuk lebih dalam! 

Berikut ini penuturan psikolog Ratih Ibrahim :

Pertama
Kesempatan dan kondisi lingkungan. Maksudnya, karena kesempatannya memang ada, terbuka sangat lebar sekali. Selain itu semua orang (sepertinya) melakukan hal itu. "Mau tidak mau saya jadi termotivasi, terkondisi untuk berselingkuh. Supaya saya jadi 'normal' di antara teman-teman, lingkungan saya. Karena dengan tidak punya selingkuhan, membuat saya seolah-olah jadi makhluk ajaib. Dan saya tidak mau diberi label sok alim, takut pasangan, bukan lelaki tulen, banci, dan lain-lain. Jadi, menyelewenglah saya, berlingkuhlah saya, karena arusnya membuat saya seakan-akan memang harus demikian."

Kedua  
Tidak sengaja jatuh cinta. Maksudnya begini, "Sumpah. Saya tidak kepingin jatuh cinta lagi. Selama ini saya beranggapan sampai dengan yakin bahwa pasangan adalah cinta sejati saya, dan akan demikian untuk selama-lamanya, lalu tiba-tiba saya bertemu dengan si dia. Entah dalam waktu yang seketika atau juga lantaran saling sering bertemu, lama-lama perasaan jatuh cinta semakin terasakan, semakin lama semakin dalam, semakin intens, semakin tidak terhindarkan, dan semakin menggila. Sampai kemudian saya tidak mampu lagi mengendalikan segala dorongan untuk mewujudkan kejatuhcintaan saya kepada si dia dalam perilaku, yang merujuk kepada segala bentuk perselingkuhan."

Ketiga  
Pola asuh. Maksudnya? Pola asuh dalam keluarga yang memang sifatnya sangat permisif terhadap perselingkuhan. Bahwa memiliki relasi asmara di luar perkawinan adalah hal yang sangat lazim. Bahwa kesetiaan bukan sesuatu yang big deal dalam keluarga. Yang value, nilai komitmen dalam keluarga sifatnya minimal, atau bahkan artificial di situ. Sehingga, semua hal itu dibawa serta ke usia dewasa, termasuk ketika masuk ke dalam kehidupan perkawinan.

Keempat  
Balas dendam. A pay back. Balas dendam terhadap apa? Balas dendam terhadap segala sesuatu yang pernah terjadi di masa lalunya. Traumanya. Trauma yang bagaimana? Setiap orang mengalami pengalamannya sendiri-sendiri. Karena itu sifatnya sangat subjektif dan kasuistik. Jawaban atas alasannya tidak seragam. Bukan dikarenakan oleh sebuah penyebab yang sama. Misalnya pada satu orang bisa saja karena di suatu saat di masa lalunya ia dikhianati kekasihnya, dikhianati pasangannya - istrinya sehingga kemudian ia melakukan hal yang sama. Atau bahkan bisa jadi bukan ia sendiri yang mengalaminya melainkan orang lain, misalnya orangtuanya, saudaranya, atau sahabatnya. Lalu ia mengambil pengalaman luka itu sebagai alasan untuk mendendam. Atau bisa juga sebagai bentuk pembalasan atas pelecehan-pelecehan yang pernah dialaminya. Baik memang secara sungguh-sungguh ia alami maupun yang sebetulnya hanya ada dalam pikirannya sendiri saja. Misalnya bahwa ia jelek, miskin, pendek, aneh, dan berbagai alasan lain sehingga ia tidak cukup berharga bagi pasangannya. Bahkan bisa saja ia melakukan perselingkuhan sebagai bentuk pembalasan dendam terhadap ketakutan-ketakutannya sendiri, pemikiran-pemikirannya sendiri terhadap sebuah relasi yang sakit.
Kelima

Berselingkuh sebagai bagian dari adanya kebutuhan untuk mengisi kekosongan dalam  dirinya. Sifatnya memang eksistensial. Pada dasarnya setiap orang butuh untuk bisa eksis sehingga kehadirannya di dalam hidup ini dihayatinya sebagai bermakna. Meski demikian, pada dasarnya ada ruang-ruang kosong yang menanti untuk diisi dalam diri setiap orang. Some voids. Keterisian kekosongan itu menjadi dambaan pada kita, baik kita sadari maupun tidak. Secara sadar maupun tidak kita berupaya untuk mengisi ruang kosong tersebut. Kita lalu melakukan pencarian-pencarian. Dan ketika kita bertemu dengan seseorang kita merasa adanya kecocokan yang timbul akibat chemistry yang terjadi ketika ada sebuah relasi. Chemistry yang terjadi menimbulkan sensasi rasa yang indah, seperti rasa senang, pas, suka, bahagia, cinta, dan lain sebagainya. Dan kita merasa dia adalah our soul mate, pasangan hidup kita.

Masalahnya sekarang adalah, apakah satu orang saja cukup untuk memenuhi seluruh ruang kosong yang kita miliki dalam diri kita itu? Jawabnya, tentu saja tidak. Karenanya, setelah beberapa waktu kemudian, ketika masa bulan madu relasi usai, kita kembali merasakan adanya ruang-ruang kosong yang masih tetap kosong, dan belum terpenuhi. Kemudian proses pencariannya dimulai kembali. Sampai pada suatu ketika kita bertemu orang lain yang rasanya cocok. Betulkan demikian? Sebetulnya ya tidak juga. Apakah ketika kita melepaskan pasangan kita demi si dia, otomatis segala kerinduan pemenuhan diri kita akan terpenuhi? Jelas tidak. Mengapa? Si dia mampu melengkapi kekosongan itu lantaran ruang kosong yang lain sudah dipenuhi oleh pasangan sejati kita sendiri. Sayangnya hal ini lebih sering tidak disadari oleh si pelaku perselingkuhan.

Akibat Perselingkuhan di Kantor


Perselingkuhan dalam kantor bukanlah tanpa akibat yang buruk. Perasaan teman hidup yang tidak bersalah tentu akan menjadi korban. Perasaan dikhianati ini tidak dapat hilang dalam waktu sebentar karena dapat menyebabkan trauma baik bagi teman hidup maupun anak-anak. Akibatnya, perceraian yang bisa melukai perasaan anak dapat terjadi.


Hubungan terlarang di kantor ini biasanya akan menjadi gosip yang menarik di kantor. Bila Anda terbukti berselingkuh, bisa jadi Anda kehilangan pekerjaan bila perusahaan tidak mau citra perusahaan menjadi rusak. Meskipun perusahan tidak mengambil tidakan tegas, tetapi Anda akan kehilangan wibawa dari bawahan Anda. Nama baik Anda dapat tercemar karena tidak setia. Sebutan "tidak setia" atau "perusak rumah tangga" dapat disandang. Belum lagi, bila pasangan hidup Anda atau selingkuhan Anda datang ke kantor sambil marah-marah yang akan menarik perhatian karyawan lainnya. Kemungkinan lain adalah terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan, Anda tentu akan merasakan malu.
PERSELINGKUHAN HATI JUSTRU SANGAT BERBAHAYA

Selingkuh hati ini tentu saja berbeda dengan selingkuh fisik karena kebanyakan tidak melibatkan kontak fisik. Walaupun tetap melibatkan ketertarikan secara fisik, ketertarikan terbesar biasanya muncul karena faktor emosional. Ekspresi, atau dengan kata lain pengungkapan tentang perasaan tertarik ini tidak selalu terjadi. Bahkan biasanya justru tidak diungkapkan.
 
“Ah, tenang saja, hanya selingkuh hati, bukan selingkuh fisik.” Kurang lebih seperti itulah pandangan masyarakat apabila membandingkan bahaya dari selingkuh hati dan selingkuh fisik. Dikarenakan tidak melibatkan kontak secara fisik, maka selingkuh hati dipandang tidak seberbahaya selingkuh fisik. Hasil studi terakhir juga menunjukan bahwa 77 persen pria dan 71 persen wanita menyatakan dirinya akan sangat terbuka apabila pasangannya mengaku bahwa dirinya telah berselingkuh hati.

Padahal, pada dasarnya selingkuh hati jauh lebih kompleks dan berbahaya. Fakta menunjukan bahwa selingkuh fisik belum tentu melibatkan selingkuh hati. Namun, apabila hati seseorang sudah selingkuh, “jalan tol” menuju selingkuh fisik sudah terbangun. Selain itu, mendeteksi terjadinya selingkuh hati juga lebih sulit dibandingkan selingkuh fisik. Jadi, tanpa diketahui tanda-tandanya, tiba-tiba seseorang bisa pergi dari pasangannya.

Secara sederhana, tanda-tanda selingkuh hati hampir sama dengan perasaan yang muncul saat jatuh cinta kepada seseorang. Seperti mulai menunggu untuk mendapat kabar, chatting, atau di-mention di Twitter maupun facebook. Anda juga akan merasa kehilangan saat tidak mendapatkan kabar tersebut dan terkadang selalu mencari alasan untuk berusaha bersama dengan orang tersebut. Perasaan tidak nyaman, terkait penampilan, juga sering kali muncul ketika berhadapan dengan lawan jenis tersebut.

Tanda-tanda lainnya, terutama terkait dengan status telah memiliki pasangan, adalah seringnya melakukan penyangkalan-penyangkalan sekaligus pembenaran-pembenaran bahwa apa yang dilakukannya bukan dikarenakan adanya perasaan tertarik. “Ah, kan hanya ngobrol­-ngobrol saja. Semua orang juga tahu karena dilakukan di media sosial,” merupakan contoh kalimat penyangkalan dan pembenaran tersebut.

Padahal, sebenarnya dia sudah sangat dikuasai dan tergantung pada orang tersebut. Secara fisik dan mungkin juga hati, Anda seolah-olah ada untuk pasangan Anda, tapi sebenarnya pikiran sedang “jalan-jalan” menemui lawan jenis yang bukan pasangan tersebut. Tidak jarang perilaku ini juga melibatkan perasaan bersalah terhadap pasangan.
Maka mencoba untuk saling terbuka dengan pasangan resmi Anda tentang segala perasaan dan keinginan Anda itu jauh akan lebih baik.  
HATI-HATI TERNYATA WANITA LEBIH MUDAH SELINGKUH

Pandangan awam seringkali menganggap Pria sebagai sosok yang sering berselingkuh. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa wanita lebih mungkin untuk memiliki selingkuhan dibanding pria. Buktinya, 4 dari 10 wanita (40 persen) ditemukan memiliki jalinan asmara dengan orang lain. Sedangkan pria, hanya 12 persen.
Hanya karena pria tidak menindaklanjuti apa pun, bukan berarti mereka tidak pernah berpikir tentang itu. Penelitian ini menemukan tiga perempat pria menyatakan mereka mempertimbangkan untuk menjalin hubungan dengan orang lain meski sedang terikat dengan seseorang.

Lebih mengkhawatirkan lagi, jumlah wanita yang memiliki niat untuk berselingkuh ternyata lebih besar, mencapai 85 persen. Bahkan perselingkuhan yang dilakukan oleh wanita tidak sebatas one night stand, namun bisa berupa perselingkuhan yang berlangsung dalam jangka panjang.

Hanya 4 persen pria menyatakan mereka telah memiliki perselingkuhan jangka panjang, kurang dari sepertiga jumlah wanita yang berselingkuh, yaitu 14 persen. Biasanya one night stand terjadi pada mereka yang berusia 18-24 tahun. Sedangkan generasi yang lebih tua cenderung melakukan perselingkuhan jangka panjang.

Anthony Wright dari situs kencan Casuals, yang melakukan penelitian ini, menyatakan bahwa meski penelitian ini menunjukkan bahwa wanita lebih mungkin untuk selingkuh, dia berpikir bahwa, dibandingkan pria, wanita hanya lebih jujur tentang perasaannya.
“Angka-angka ini menunjukkan sesuatu yang berlawanan dengan pandangan umum tentang perselingkuhan. Atau bisa jadi angka-angka ini justru menunjukkan bahwa wanita memang lebih jujur tentang ketidakjujuran yang mereka lakukan,” ujar Wright.
Nah lho...., apakah pasangan Anda bisa di percaya? 
CARA AMPUH ATASI PERSELINGKUHAN

Kasus yang paling sering terjadi pada saat-saat awal perselingkuhan adalah curhat kepada lawan jenis, apalagi topik utama yang dibicarakan adalah mengenai pasangan masing-masing. Selain lawan jenis tersebut belum tentu paham dan dapat menyelesaikan masalah, obrolan yang terlalu personal dan berintensitas tinggi dapat menumbuhkan perasaan suka, atau bahkan cinta.

Apabila tetap ingin curhat dengan lawan jenis, pilihlah orang yang merupakan teman pasangan Anda. Namun, jika tujuan curhat adalah untuk mencari perspektif lain dari masalah rumah tangga, memberitahu pasangan perlu untuk dilakukan.
Bagaimana jika Anda sudah terlanjur berselingkuh?  Langkah awal yang harus Anda dilakukan adalah segera memunculkan self awareness. Sadari bahwa Anda telah memiliki pasangan. Sadarkan diri juga untuk tidak memanjakan perasaan tertarik kepada lawan jenis tersebut.

Anda dituntut untuk dengan tegas segera memutus kontak dengan orang tersebut. Jangan menghubunginya melalui media apa pun dan usahakan untuk tidak berduaan. Kalau orang tersebut merupakan rekan kerja Anda, hal-hal tadi tentu tidak serta merta bisa dilakukan. Meski demikian, tetap ada cara lain, yaitu dengan menjaga komunikasi hanya sebatas konteks pekerjaan. Selain itu, Anda juga dapat mengajak teman yang lain apabila terpaksa harus membicarakan masalah pribadi.
Kejujuran memang penting, namun terkadang tidak harus selalu dilakukan. Jika perselingkuhan yang Anda alami berhasil dihentikan, memberi tahu pasangan tidak selalu menjadi kewajiban. Ada beberapa orang yang terkadang sulit menerima suatu kesalahan yang terjadi pada pasangannya bahkan bisa saja menimbulkan paranoid. Tapi, bukan berarti berbohong dibenarkan, ya.
 TIPS MENGHINDARI PERSELINGKUHAN

  1. Jangan jadikan rekan kerja lawan jenis Anda sebagai tempat curhat. Komunikasi terbaik harus terjadi antara suami dengan istri serta sebaliknya. Hendaknya dicari solusi agar masalah keluarga dapat dihilangkan. Masalah dalam keluarga bukanlah sesuatu yang terlalu besar sehingga tidak dapat dipecahkan bersama.
  2. Jangan memulai atau terlibat dari perkataan yang berisi rayuan dengan rekan kerja yang berlawanan jenis. Perkataan yang diucapkan seorang teman kerja, walaupun hanya berupa gurauan hendaknya tidak ditanggapi. Perasan tersanjung dapat menjadi awal mula timbulnya perasaan asmara.
  3. Memajang foto keluarga atau pasangan di meja kerja. Dengan memajang foto keluarga atau pasangan di meja kerja, akan diingatkan bahwa Anda memiliki pasangan hidup dan anak-anak yang sangat ingin berkumpul dengan Anda. Memasang foto bergambar keharmonisan keluarga dapat membuat penggoda Anda untuk berpikir ulang untuk menggoda Anda. Hal ini dapat menjadi perlindungan bagi Anda.
  4. Gunakan pakaian yang sopan. Hindari untuk memilih pakaian yang terlalu terbuka atau minim karena hal ini dapat merusak konsentrasi rekan lainnya atau bahkan menjadi bahan ejekan atau menjadi bahan rayuan teman.
  5. Jangan selalu pergi berdua dengan teman kerja yang sama. Baik untuk makan siang, pulang pergi hendaknya tidak dilakukan hanya berdua dengan rekan sekerja yang sama terus-menerus. Ajaklah beberapa orang lainnya untuk menemani.




Hubungan selingkuh meski sudah umum bukanlah sesuatu yang bermanfaat. Perselingkuhan bukanlah hal baik, sebaliknya hal ini perlu dihindari agar tidak ada pihak yang terluka maupun dapat merusak diri sendiri. Utamakan pasangan dan keluarga Anda serta pertahankan perkawinan Anda!

 
ARTIKEL TERKAIT :

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar