Selasa, 22 April 2014

PENYAKIT GULA (DIABETES) BIKIN IMPOTENSI

 

Penyakit Diabetes Merusak Seksual

Pada pria dengan Penyakit Diabetes, umumnya gangguan itu disebabkan oleh memburuknya saraf atau pembuluh darah ke organ seksual. Jadi, misalnya, bila pembuluh darah yang rusak menghambat aliran darah ke penis, penis tak akan bisa ereksi lagi. Demikian pula bila saraf yang memberi isyarat pada penis rusak, penis juga tidak mampu ereksi.


Penyakit Diabetes melitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis disebabkan oleh gangguan metabolisme akibat berkurangnya produksi dan ketersediaan hormon insulin dalam tubuh. Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin.
 
Menurut data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2007, lebih dari 194 juta orang di dunia telah terdiagnosis terkena Penyakit Diabetes. Sementara itu, penelitian epidemiologik WHO menyebutkan, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penyandang Penyakit Diabetes terbesar ke-5 di dunia dengan perkiraan jumlah pasien mencapaai 8,3 juta orang.
 
Faktor lingkungan dengan pola dan gaya hidup yang tidak sehat serta tekanan pikiran (stres), diyakini sebagai penyebab utama Penyakit Diabetes. Kadar glukosa tinggi dalam tubuh yang tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam sel, akan mengakibatkan seseorang kekurangan energi, sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun.
 
pria dengan Penyakit Diabetes memiliki dorongan seksual yang rendah menyebabkan tidak tertarik pada seks. Banyak orang benar-benar mengetahui bahwa mereka menderita Penyakit Diabetes hanya setelah mereka menghadapi masalah lain dengan mereka yang menyertai dorongan seksual atau efek samping.
Sulit untuk merangsang seksual laki-laki penderita Penyakit Diabetes. Dengan menggunakan metode stimulasi visual juga sulit, dan hanya obat-obatan saja karena meskipun mereka ingin melakukan hubungan seks dan secara mental siap untuk itu, tubuh mereka mungkin tidak bekerja sama.

Selain memengaruhi ketahanan fisik para Penderita Diabetes, menurut Wakil Ketua Perhimpunan Diabetes Indonesia Roy Panusunan Sibarani, Penyakit Diabetes juga berpengaruh pada kehidupan seks para penderitanya. “Penyakit Diabetes mengakibatkan terganggu atau terhambatnya aliran darah ke organ reproduksinya. Padahal, aliran darah yang baik menjadi prasyarat terjadinya ereksi pada pria,” ujar Roy kepada Investor Daily di Jakarta, baru-baru ini.


Roy menyebutkan, kondisi tersebut akhirnya berlanjut pada keadaan impotensi awal pada penderita Penyakit Diabetes  pria. Lambat laun, terhambatnya aliran darah itu akan mengakibatkan kerusakan saraf organ seksual, yang tentunya membuat para Penderita Diabetes pria tidak bisa memperoleh dan mempertahankan ereksi. “Kemungkinan terjadinya keadaan seperti itu adalah 40-50%,” ujar Roy.
 
Kondisi tersebut juga akan membuat pria dengan Penyakit Diabetes memiliki kemungkinan 10-15 tahun lebih awal mengalami gangguan ereksi dibandingkan pria tanpa Penyakit Diabetes.
Berdasarkan data yang dimiliki Klub Sehat Diabetis Jamu Puspo, kemungkinan terjadinya disfungsi ereksi pada para Penderita Diabetes pria berusia 20-30 tahun sebesar 25-30%. Namun, pada usia di atas 50 tahun, disfungsi ereksi pada penderita Penyakit Diabetesakan meningkat menjadi 50-70%.
 
Hal senada diungkapkan Ferryal Loetan, pakar seksologi dari Rumah  Sakit Persahabatan Jakarta Timur. Menurut Ferryal, selain faktor psikis, disfungsi ereksi juga bisa disebabkan beberapa gangguan fisik, seperti gangguan keseimbangan hormon, pembuluh darah dan saraf. Penyakit Diabetes sendiri termasuk dalam golongan penyakit yang menghambat aliran darah.
 
“Proses ereksi itu kan darah di penis cukup jumlahnya. Jadi, segala yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah, secara teoritis akan dapat menimbulkan gangguan ereksi,” ujar Ferryal. Kondisi yang perlu dipahami oleh para para Penderita Diabetes, bila kadar gula darah dibiarkan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka aliran darah dan saraf ke organ-organ seksual akan terganggu.
 
Serang Kandung Kemih
 
Wimpie Pangkahila, seksolog dari Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, menyebutkan, ada empat faktor yang menyebabkan disfungsi ereksi para para Penderita Diabetes pria. Keempat faktor itu adalah syaraf (neuropati), pembuluh darah (angiopati), lapisan endotel, dan otot polos.
Akibatnya, pembuluh darah yang menuju dan di dalam penis tidak dapat meregang dengan baik, sehingga aliran darah terhambat dan ereksi terganggu.
 

Selain itu, ujar Wimpie, neuropati juga dapat menimbulkan retrograde ejaculation (ejakulasi ke belakang), yakni ejakulasi yang menuju ke kandung kencing.
Padahal, normalnya ketika pria mencapai orgasme dan mengalami ejakulasi, otot di bagian luar kandung kencing menutup rapat sehingga sperma tidak masuk ke dalam kandung kencing tetapi disemprotkan keluar melalui penis.
 
Pada penderita Penyakit Diabetes, otot tersebut tidak dapat menutup dengan rapat.
Ferryal berpendapat, tidak hanya pria, keadaan gangguan seksual juga akan dialami para
para Penderita Diabetes wanita. Rusaknya saraf dan pembuluh darah juga akan membuat produksi pelumasan di sekitar lubang vagina menjadi berkurang. Hal ini membuat vagina tetap kering meskipun terjadi perangsangan seksual, dan tentunya ini membuat kegiatan penetrasi seksual menjadi sangat tidak nyaman.

 
“Angiopati dan neuropati juga banyak dialami perempuan yang menderita diabetes,” ujar Wimpie. Itu sebabnya tidak sedikit perempuan dengan diabetes juga mengeluhkan kesulitan atau kegagalan mencapai orgasme (disfungsi orgasme). Kerusakan jaringan syaraf akibat diabetes juga mengakibatkan para Penderita Diabetes wanita tidak mudah terangsang. Akibatnya, reaksi seksual tidak terjadi, dan orgasme gagal dicapai.
 
Roy menambahkan, Penyakit Diabetes juga berpotensi menyerang pengendalian kandung kemih wanita, yang lebih dikenal dengan gangguan neuroqenic bladder. Untuk mengatasinya, dia menyarankan kepada para Penderita Diabetes wanita untuk selalu mengosongkan kandung kemihnya terlebih dahulu, sebelum dan sesudah berhubungan seksual. Pasalnya, pengosongan kandung kemih setelah berhubungan seks diketahui akan membantu mencegah terjadinya infeksi pada kandung kemih.
 
Periksa Rutin Gula Darah
 
Roy Panusunan menyarankan beberapa tindakan lain yang harus dilakukan para penderita Penyakit Diabetes, sebelum melakukan hubungan seks. Seperti halnya yang disarankan setelah berolahraga, para penderita Penyakit Diabetes sebaiknya memeriksakan kadar gula darah, termasuk menjaga pola makan yang tepat sebelum atau sesudah berhubungan intim. “Tindakan ini terkadang memang sungguh menyebalkan. Namun tetap lebih baik dilakukan, dibanding perjuangan memulihkan anjloknya kadar gula darah yang mungkin terjadi setelah aktivitas di ranjang,” ujarnya.
 
Khusus untuk para Penderita Diabetes wanita, Roy menganjurkan untuk selalu memerhatikan siklus menstruasi. Pilihan penggunaan alat kontrasepsi juga harus disesuaikan dengan Penyakit Diabetes yang dideritanya. Selain itu, kehamilan dan menopause juga akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam pengendalian gula darah tersebut.
 
Para penderita Penyakit Diabetes juga harus mengonsumsi insulin akibat keterbatasan hormon tersebut dalam tubuhnya, sekaligus mencegah terjadinya komplikasi.
 
Untuk para para Penderita Diabetes yang tergantung suntikan insulin, Roy menganjurkan agar mereka menjadwalkan penyuntikan sebelum berhubungan seks, untuk menghindari reaksi gula darah yang tidak diinginkan. “Dengan menghindari dan mengendalikan Penyakit Diabetes secara baik, risiko gangguan seksual pun akan semakin kecil,” ujar Roy.
 
Roy menganjurkan pula kepada para para Penderita Diabetes pria agar selalu menjauhi rokok dan minuman beralkohol, atau makanan/minuman lain yang membuat tekanan darah menjadi tidak normal. Bila gangguan seksual tetap terjadi kendati sudah melakukan beberapa tindakan pencegahan, disarankan agar para penderita Penyakit Diabetes segera berkonsultasi ke dokter untuk menemukan penyebab lainnya.
 
Memang tidak terbantah, bahwa faktor psikologi mempunyai pengaruh besar pada kehidupan seksual. Terlebih pada wanita yang sudah berusia lanjut kemudian memiliki perasaan rendah diri karena merasa tidak menarik lagi atau takut tidak dapat memuaskan suami. Itulah penghambat terbesar dalam kehidupan seksual setiap pasangan berusia lanjut.

Penderita Penyakit Diabetes umumnya mengalami gangguan seksual. Lantas, bagaimana prosesnya dan apa yang harus dilakukan penderita?

Bukan hanya orang yang sedang stamina dan pikirannya tidak seimbang saja yang bisa mengalami disfungsi seksual. Begitu juga bukan hanya mereka yang lanjut usia yang memang secara alamiah mengalami penurunan gairah seksual.

Ternyata orang yang sedang menderita
Penyakit Diabetes alias gula darah tinggi juga sangat rawan oleh ganggunan difungsi seksual. Bahkan resiko seperti itu sudah masuk ke dalam salah satu bagian dari komplikasi penyakit kencing manis (Penyakit Diabetes mellitus).

Hanya bedanya jika disfungsi seksual akibat stres amat jarang ditemukan pada perempuan karena kebanyakan yang mengalami adalah kaum lelaki. Akan halnya disfungsi seksual akibat penyakit diabetes yang belakangan juga banyak ditemukan pada kaum hawa.

Sebenarnya, kata Wimpie Pangkahila dari Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, disfungsi seksual pria akibat
Penyakit Diabetes telah lama diketahui yakni sejak 200 tahun silam. Tetapi pada perempuan baru diketahui pada 1971.

Disfungsi seksual akibat
Penyakit Diabetes ini, bisa semakin buruk pada usia lanjut. Sebab, kebanyakan orang pada usia tersebut telah mengalami kemunduran fungsi seksual. Karena itu kejadian disfungsi seksual akibat Penyakit Diabetes pun jauh lebih tinggi pada kelompok usia lanjut dibandingkan dengan usia muda.

Wimpi, yang berbicara di seminar tentang
Penyakit Diabetes yang diselenggarakan Klub Sehat Diabetis Jamu Puspo, memberikan contoh bahwa kejadian disfungsi ereksi (DE) pada pria Penyakit Diabetes berusia 20-29 tahun hanya 9%. Sementara pada usia 70 tahun meningkat menjadi 95%.

"Beberapa laporan lain juga menunjukkan bahwa pada usia 20-30 tahun, sekitar 25%-30% pria
Penyakit Diabetes mengalami DE. Tetapi pada usia di atas 50 tahun, sekitar 50%-70% mengalami DE," katanya.

Wimpi mengatakan DE akibat
Penyakit Diabetes pada pria umumnya ejakulasi ke belakang (retrograde ejaculation). Namun terjadinya DE ini bergantung kepada keadaan Penyakit Diabetesnya, apakah dikontrol atau tidak?

Biasanya pria
Penyakit Diabetes dengan pengawasan diet yang ketat, lebih kecil kemungkinannya mengalami DE dibandingkan dengan yang tidak melakukan diet. Setidaknya, tandas dia, ada empat faktor penyebab DE pada pria Penyakit Diabetes, yaitu faktor syaraf, pembuluh darah, lapisan endotel, dan otot polos.

Orang yang sedang
Penyakit Diabetes mengalami kerusakan syaraf yang disebut neuropati, kerusakan pembuluh darah yang disebut angiopati, dan kerusakan endotel serta otot polos. Akibatnya pembuluh darah yang menuju dan di dalam penis tidak dapat meregang dengan baik, sehingga aliran darah terhambat dan ereksi terganggu.

Selain itu neuropati dapat juga menimbulkan retrograde ejaculation (ejakulasi ke belakang), yaitu ejakulasi yang menuju ke kandung kencing, bukan ke luar seperti dalam keadaan normal.

Dalam keadaan normal, ketika pria mencapai orgasme dan mengalami ejakulasi, otot di bagian luar kandung kencing menutup rapat sehingga sperma tidak masuk ke dalam kandung kencing, tetapi disemprotkan keluar melalui penis. Pada penderita diabetes otot tersebut tidak dapat menutup rapat.

Jadi ketika terjadi orgasme dan ejakulasi sperma yang masuk ke dalam kandung kencing tidak dikeluarkan melalui penis. Bisa juga DE akibat
Penyakit Diabetes ini juga karena retrograde ejaculation.

Angiopati dan neuropati seperti itu ternyata juga banyak dialami perempuan yang menderita
Penyakit Diabetes. Itu sebabnya tidak sedikit perempuan dengan Penyakit Diabetes juga mengeluhkan kesulitan atau kegagalan mencapai orgasme (disfungsi orgasme).

Dalam keadaan normal, salah satu reaksi seksual awal pada perempuan ialah terjadinya perlendiran vagina. Perlendiran vagina terjadi sebagai akibat bendungan aliran darah pada vagina ketika perempuan menerima rangsangan seksual yang cukup, baik fisik maupun psikis.

Bendungan aliran darah tersebut menyebabkan proses transudasi, berupa suatu perembesan cairan melalui dinding pembuluh darah, sehingga menimbulkan pelendiran vagina. Karena terjadi perlendiran vagina, maka hubungan seksual dapat berlangsung dengan optimal dan perempuan tidak mengalami hambatan untuk mencapai orgasme.

Lain halnya perempuan dengan
Penyakit Diabetes. Aliran darah ke vagina menjadi terhambat karena terjadi angiopati. Akibatnya proses transudasi terganggu, dan perlendiran vagina juga terhambat, sehingga sangat sedikit, bahkan tidak terjadi sama sekali. Lebih jauh hubungan seksual menjadi terganggu karena perempuan merasa sakit, dan mengakibatkan kegagalan mencapai orgasme.

Disamping itu, kerusakan jaringan syaraf akibat
Penyakit Diabetes mengakibatkan kenaikan nilai ambang rangsangan. Itu sebabnya kebanyakan perempuan yang mengalami Penyakit Diabetes tidak mudah terangsang. Akibatnya, reaksi seksual tidak terjadi, dan orgasme gagal dicapai.

Namun, menurut Wimpi, untuk dapat mencapai orgasme, diperlukan taraf rangsangan yang lebih tinggi dari biasanya, yang tidak selalu mudah dilakukan oleh pasangannya.

Bahkan pada perempuan dengan
Penyakit Diabetes, infeksi vagina mudah terjadi, baik infeksi oleh jamur maupun bakteri. Pada umumnya infeksi vagina sering kambuh. Kondisi seperti ini juga merupakan penyebab dispareunia sehingga mengalami disfungsi orgasme.

Celakanya lagi pada beberapa perempuan
Penyakit Diabetes, ada satu hal lain yang menjadi penyebab psikis disfungsi orgasme, yakni ketakutan terjadi kehamilan yang dihubungkan dengan penyakitnya. Alasannya, kehamilan yang terjadi pada perempuan dengan Penyakit Diabetes mengandung risiko terjadinya cacat bawaan pada bayi.

Disfungsi seksual pada
Penyakit Diabetes akan semakin buruk bila terjadi pada usia lanjut karena pada usia lanjut sudah terjadi kemunduran fungsi seksual, baik pada pria maupun perempuan.

Faktor psikis juga sangat berpengaruh bagi fungsi seksual perempuan pada usia lanjut. Perasaan rendah diri karena merasa tidak menarik lagi atau takut tidak dapat memuaskan suami merupakan penghambat dalam hubungan seksual.

Itu sebabnya pengobatan disfungsi seksual akibat
Penyakit Diabetes tidak dapat dipisahkan dari penanganan diabetes yang menjadi dasar penyebabnya. Wimpi menyarankan pada dasarnya pengobatan disfungsi seksual akibat Penyakit Diabetes bisa dengan cara mengontrol kadar gula dalam batas normal dengan obat, diet, dan olahraga.


Diabetes jelas memengaruhi kehidupan seks. Pengguna insulin misalnya, perlu menimbang efek aktivitas seksual yang akan dilakukan, terutama terhadap kemungkinan turunnya gula darah setelah berhubungan seks. Berkonsultasi terbuka pada dokter merupakan pilihan bijak bila kondisi semakin buruk

Tindakan yang lazim disarankan untuk dipertimbangkan oleh penderita Penyakit Diabetes  sebelum melakukan hubungan seks, misalnya: memeriksa kadar gula darah. Tindakan ini barangkali menyebalkan, tetapi tetap lebih baik dilakukan dibanding perjuangan memulihkan anjloknya kadar gula darah yang mungkin terjadi setelah kegiatan di ranjang.

 
Makan tepat sebelum atau sesudah berhubungan intim juga bermanfaat dilakukan sebagaimana disarankan setelah berolahraga. Pertimbangkan pula untuk makan snack (ngemil) sebelum tidur.  Penderita Penyakit Diabetes yang tergantung suntikan insulin juga perlu menjadwalkan penyuntikan selama berhubungan seks untuk menghindari reaksi gula darah yang tidak diinginkan.
\
Begitulah antara lain, menurut situs endocrinologist .com, manfaat  penderita Penyakit Diabetes bersikap terbuka pada dokter, khususnya dalam kehidupan seksual. Satu hal yang perlu diingat para penderita Penyakit Diabetes, adalah lazim bagi semua orang, baik pria maupun wanita, pernah mengalami gangguan seksual setidaknya sekali dalam hidupnya, entah mereka menderita Penyakit Diabetes atau tidak.
 
Meski orang sering enggan membicarakan gangguan tersebut dengan dokter, harus diyakini bahwa dokterlah yang terbiasa menangani keluhan seperti itu dan mencarikan solusi sebagai jalan keluar.
Banyak persoalan yang berkaitan dengan unjuk kerja seksual disebabkan oleh masalah fisik, misalnya terkait dengan obat yang digunakan untuk merawat gangguan fisik yang terjadi. Kadang pula gangguan seksual muncul akibat masalah psikologis.
 
Karena itu, penting membicarakan gangguan seksual yang terjadi dengan dokter untuk memastikan sumber utama permasalahannya sebelum diputuskan cara-cara penanganannya.
 
Gangguan Umum
 
Pada wanita, pengendalian diabetes kadang harus memperhitungkan siklus menstruasi. Pilihan penggunaan alat kontrasepsi juga harus disesuaikan dengan diabetes yang dideritanya. Kehamilan dan menopause juga akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam pengendalian gula darah tersebut.
 
Kondisi yang perlu dipahami oleh para penderita Penyakit Diabetes, bila kadar glukosa darah tetap dibiarkan tinggi dalam jangka panjang, saraf atau aliran darah ke organ-organ seksual akan rusak. Inilah sebabnya fungsi seksual para penderita Penyakit Diabetes mudah terganggu.
 
Wanita penderita Penyakit Diabetes mungkin sekali akan mengalami masalah dalam pengendalian kandung kemih atau menderita gangguan yang disebut neuroqenic bladder. Untuk mencegah gangguan ini menyerang, biasanya dokter akan menyarankan penderita Penyakit Diabetes wanita yang mengalami gangguan tersebut untuk mengosongkan kandung kemihnya sebelum dan sesudah berhubungan seksual. Pengosongan kandung kemih (kencing) setelah berhuhungan seks ini juga akan membantu mencegah untuk terkena infeksi kandung kemih.
 
Selain itu, rusaknya saraf dan pembuluh darah juga akan membuat perlendiran vagina sebagai respon seksual menjadi berkurang. Ini akan menyebabkan vagina tetap kering meski terjadi perangsangan seksual.
Sebagai akibatnya, kegiatan seksual akan dirasakan menjadi tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini pada gilirannya akan membuat minat berhubungan seks pada wanita dengan diabetes jauh menurun.
 
Pada penderita Penyakit Diabetes pria, tentu saja, kekhawatiran utama akibat rusaknya saraf dan alirah darah ke organ seksual adalah impotensi. Seiring dengan pertambahan usia, impotensi merupakan ancaman nyata bagi pria normal dan pria dengan Penyakit Diabetes.
 
Impotensi banyak menimpa pria usia 50 tahunan atau lebih, dan pria dengan Penyakit Diabetes memiliki risiko yang lebih besar. Antara 50 hingga 60 persen pria dengan diabetes berusia di atas 50 tahun terserang impotensi dengan gradasi yang berbeda-beda.
 
Yang dimaksud impotensi disini adalah seringnya tidak mampu, bukan cuma kadang-kadang, memperoleh dan mempertahankan ereksi. Disebut-sebut, pria dengan Penyakit Diabetes juga memiliki kemungkinan 10 hingga 15 tahun lebih awal untuk mengalami gangguan ereksi dibanding pria tanpa Penyakit Diabetes.
 
Impotensi bisa disebabkan oleh gangguan fisik dan psikologis. Impotensi karena gangguan psikologis bisa terjadi tiba-tiba, sedang impotensi karena gangguan fisik datang perlahan-lahan, dimulai dengan kurang kencangnya kadar ereksi, berkurangnya kadar keseringan memperoleh ereksi, terus memburuk seiring perjalanan waktu, dan akhirnya tak mampu memperoleh ereksi.
 
Pada pria dengan Penyakit Diabetes, umumnya gangguan itu disebabkan oleh memburuknya saraf atau pembuluh darah ke organ seksual. Jadi, misalnya, bila pembuluh darah yang rusak menghambat aliran darah ke penis, penis tak akan bisa ereksi lagi. Demikian pula bila saraf yang memberi isyarat pada penis rusak, penis juga tidak mampu ereksi.
 
Pilihan Cara
 
Cara yang biasa dianjurkan bagi pria dengan diabetes untuk menghindari impotensi akibat gangguan psikologis adalah memelihara terkendalinya glukosa darah, tidak merokok, tidak minum alkohol, dan menjaga supaya tekanan darah tetap normal.
 
Namun, bila gangguan yang dialami semakin mengkhawatirkan, berbicara secara terbuka dengan dokter untuk menemukan akar masalah, harus menjadi pilihan. Memastikan penyebab impotensi, yang harus dilakukan sebelum langkah perawatan ditentukan, mungkin akan mencakup sejumlah tes.
 
Sebagai bagian dari evaluasi, dokter sangat perlu memperoleh informasi obat apa saja yang selama ini dikonsumsi, termasuk obat yang dikonsumsi tanpa resep dokter karena obat-obatan ini mungkin ikut menjadi penyebab impotensi. Jika benar obat-obatan ini yang menjadi penyebab impotensi, biasanya dokter akan mengubah atau menyesuaikan sesuai kondisi pasien.
 
Para dokter sekarang memiliki beragam tawaran untuk perawatan impotensi. Bila masalahnya berakar dari masalah psikologis, dokter akan merujuk psikiater atau terapis yang ahli di bidang masalah seksual.
Namun, bila sumber masalahnya adalah fisik atau fisiologis, pilihan perawatan yang bisa dilakukan dokter termasuk pula menyuntikkan obat langsung ke penis untuk memperoleh ereksi yang bisa berlangsung 30 hingga 60 menit, yaitu menggunakan pompa vakum untuk menghasilkan ereksi, dan memasang suatu alat (protesis penis) di dalam penis.

 ARTIKEL TERKAIT :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar